Pejamkan mata bila, kuingin bernafas lega.. Dalam anganku, aku berada.. di satu persimpangan jalan yang, sulit ku pilih...
Sepenggal lirik di atas pasti nggak asing buat kawan-kawan di era 2000an awal, yang tidak lain dan tidak bukan adalah OST Ada Apa Dengan Cinta, hehehe. Judul lagunya "Bimbang", yang nyanyi Teh Melly (in case pada lupa atau lagi mau cari lagunya sambil nostalgila, kalau nggak ya gapapa sih). Awas baper! :D
Film ini, menurut saya termasuk salah satu film terbaik yang tayang di Indonesia. Yaa, walaupun inti dan tema ceritanya full mbahas tentang "cinta" (dan pemerannya juga bernama Cinta-Spoiler Alert!), paling nggak jalan ceritanya nggak terlalu picisan kayak film-film lokal bertema asmara pada umumnya (yang entah kenapa mulai jarang muncul sekarang). To be honest, "film-film yang lain itu" sebenernya nggak jelek-jelek banget kok, cuman ya kurang beruntung aja munculnya setelah AADC. Coba kalo AADC keluar belakangan, pasti tetep bagusan AADC.
Bisa dibilang, saya kapok nonton film lokal. Kenapa? Ah, sudahlah, kawan-kawan juga pasti ngerti maksud saya kenapa, kalau nggak ngerti yaudah gapapa. Terlalu banyak yang nggak jelas di dunia ini, haha. Saya mau mbahas yang jelas-jelas aja.
Saya termasuk salah satu orang yang suka nonton film. Suka bukan berarti hobi, karena saya nggak punya waktu (apalagi duit) buat nonton semua film yang lagi keluar di cinema-cinema dan bioskop-bioskop. Buat saya film adalah salah satu jendela dunia. Berhubung saya mulai jarang baca-baca buku, dan novel-novel di rumah sudah mau dijual sama istri gara-gara nggak pernah saya baca, kalau saya bilang "buku adalah jendela dunia", rasanya kok agak bertentangan, hahaha. Awal-awal saya suka nonton film sebenarnya saya juga agak lupa (maklum isi kepala saya mulai overload). Jadi anggap saja saya mulai suka dan berusaha memahami isi film waktu saya masih SMA.
Nah, jaman saya SMA, saya sering diajak gumbulan saya nonton kalau jam sekolahnya singkat alias pulangnya cepet. Kebetulan sekolahan saya fullday, jadi kalau pulang jam 12 siang gitu senengnya minta ampun, langsung cuss cari jadwal "nomat", hehe nakal. Saya ingat pernah nonton Narnia yang ada Prince Kaspian-nya. Waktu dialog awal-awal empat bersaudara legendaris itu mulai, teman saya (Tuba) nyeletuk "Hayo, bedhekan. Mereka orang mana? Inggris apa Amerika?". Saya asal aja jawab "Wong Amerika paling", teman saya yang lain (Dandi) ada yang jawab, "Inggris lah, kethok teko logate, British", dan ternyata benar Dandi, mereka semua aktor Inggris dengan setting film di London. Saya mikir, emang orang Amerika sama orang Inggris kalo ngomong beda ya? Kan sama-sama ngomong bahasa Inggris? Dan setelah bertahun-tahun lamanya saya nonton Harry Potter, saya baru ngeh kalo orang UK dan Irlandia itu ngomongnya berlogat, duh! Itu baru gambaran kecil yang saya pelajari dari beberapa kali nonton film:
Orang Britania dan Irlandia kalo ngomong bahasa inggris ternyata ada logat atau aksen "british"-nya
Berhubung saya nggak pernah les bahasa inggris, jadi harap maklum, hehe. Cerita lain datang di 6 tahun berikutnya. Waktu itu ada film baru keluar (The Hobbit: The Unexpected Journey), dan saya penasaran sama ceritanya, karena katanya ini prekuel dari trilogi The Lord of The Rings. Waktu itu saya nonton sama "ehem", mantan pacar saya. Sempet ada kejadian STNK ketinggalan di studio, tapi toh ternyata nggak berpengaruh ke jalan cerita filmya itu sendiri, ya iya lah. Seperti yang kawan-kawan tau, film ini setting-nya ada di Selandia Baru (disingkat NZ aja biar nggak kepanjangan). Dari total penayangan film selama hampir 3 jam lebih dikit, kita sebenarnya disuguhi pemandangan alam NZ. Saya buat simpel aja deh, selain ceritanya menarik, sebenarnya saya juga "cuci mata". Dengan membayar harga tiket nonton, saya udah bisa jalan-jalan ke NZ, melihat-lihat pemandangan yang indah sambil me-rileks-kan diri, walaupun cuma liat gambar. Harga tiket pesawat ke sana mahal soalnya, belum muter-muternya, belum makannya. Jadi, yang bisa saya pelajari setelah nonton The Hobbit adalah:
Film adalah teman tidur yang baik
Salah satu wonder maker dalam dunia perfilman adalah Disney, dan salah satu film yang sukses bikin saya nggak habis pikir adalah Inside Out. Dengan simpel dan imajinasi tingkat tinggi, mereka menjelaskan kalau sebenarnya di dalam kepala kita, ada operator-operator dengan sifat yang berbeda-beda yang mengatur emosi kita. Walaupun sebenarnya itu bisa dijelaskan secara scientific, dan karena saya nggak terlalu paham, maka saya terima kenyataan bahwa operator-operator kecil tadi mengendalikan saya, hahaha. Mungkin hal itu yang menjelaskan kenapa kucing-kucing saya di rumah tingkahnya nggak bisa diprediksi dan semaunya sendiri, ya karena operatornya juga kucing. Seperti itulah kucing, kucing tetaplah kucing. Kadang saya juga sering berpikir, kalau posisi saya yang di film itu, gimana ya? Saya bisa terbang pake "mobil-mobilan berbahan bakar nyanyian itu" nggak ya? Kalau kata Spongebob: Imagination........ :D
I just like it when i getting sucked to their world full of imagination
Ngomongin film buat saya kurang lengkap kalau nggak membahas film action, terutama yang berhubungan dengan organisasi intelijen, mata-mata dan bahan cerita lain yang penuh konspirasi. Bukan teori konspirasi yang "itu", walaupun sebenarnya saya doyan mbahas masalah teori konspirasi, tapi bukan itu, bukan. Ada satu film yang menurut saya menarik. Tau kan Mas Tom Cruise sinonim sama film apa? Salah satunya adalah Mission Impossible: Rogue Nation. Jadi cerita singkatnya, Ethan Hunt ini mau membuktikan kalau organisasi bernama Syndicate itu ada. Ceritanya muter-muter dari yang dia mulai dikejar CIA gara-gara salah paham (lagi), bekerja sama dengan salah satu anggota MI6, sampai akhirnya ketahuan siapa yang mendirikan organisasi itu awalnya (yang lalu diambil alih oleh seorang mantan agent), lalu dia jadi baikan sama CIA (ciye), dan pada akhirnya semua pun berakhir bahagia, yay.
Setelah browsing sebentar, saya nemu pembahasan singkat kalau sebenarnya "National Crime Syndicate" memang benar-benar ada, dan merupakan kumpulan organisasi kriminal yang besar, yang aktif mulai 1929-1960. Sampai sekarang masih ada apa nggak, saya juga nggak tau. Yang jelas mafia itu ada di mana-mana. Coba ke salah satu perempatan jalan raya, kalau ada orang ngamen nggak dikasih ternyata ngomel-ngomel, satu kebun binatang keluar semua dan kita diemin masih nggak terima, berarti dia nggak tau diri. Nggak ada hubungannya sih. Saya pernah terpikir, kalau film-film luar yang mbahas agent-agent itu, yang sering membahas tentang kode peluncuran nuklir itu, sebenarnya menjadi ajang pamernya Negeri Paman Sam. Lha kalo di film saja yang rahasia-rahasia ditunjukkan ke kita, itu udah keliatannya terkesan serem, dark, apalagi yang beneran di dunia nyata?
Everything we see, is fiction based on fact
Sepertinya seru kalau mau membahas film favorit. Baiklah, postingan saya selanjutnya akan membahas tentang film-film yang sukses membuat saya moved dan sedikit merubah sudut pandang saya terhadap dunia.
So, stay tuned....
Sumber dan Link Terkait:
www.google.com
Pengalaman pribadi
No comments:
Post a Comment