04 November 2016

Pharmacy, My World

Lambang Palu/Arit Farmasi (Image Source)

Serem banget, lambang palu arit.....

Bukan... bukan gitu. Maksudnya, ini adalah gambar mortir dan stamfer yang ada tulisan "Rx"-nya. Gambar ini dipakai di negara Amerika Serikat sebagai lambang farmasi, berhubung saya nggak tau lambang kebesarannya farmasi apaan. Kalau simbolnya dokter kan jelas. Ngomong-ngomong, pada tau nggak artinya Rx disitu apa?
 
Rod of Asclepius, lambang dunia kedokteran (Image Source)

Baiklah, saatnya pengenalan dunia farmasi secara singkat. Jeeeeng... Jeeenggg.....

Farmasi atau dalam Bahasa Inggrisnya "Pharmacy" adalah the science and technique of preparing and dispensing drugs, that aims to ensure the safe and effective use of pharmaceutical drugs. Secara singkat farmasi itu bisa dibilang cabang ilmu kesehatan yang expert dalam hal obat. Mulai dari hal yang simpel seperti khasiat/efek obat (farmakologi obat), jenis-jenis obat, kelas terapi obat, sampai yang rumit seperti farmakokinetika obat (pergerakan obat di dalam tubuh) dan farmakodinamika (mekanisme kerja obat yang pada akhirnya mempengaruhi sistem kerja tubuh sehingga pasien yang minum obat bisa sembuh, atau paling nggak kondisinya membaik). Buset, panjang banget. 

Lingkup praktek kefarmasian mencakup peran yang sudah lama diketahui masyarakat luas yaitu meracik dan dispensing (menyerahkan) obat, sampai ke peran yang lebih modern seperti memberikan pelayanan yang berhubungan dengan kesehatan seperti memberikan konsultasi kepada pasien, me-review efektivitas dan keamanan penggunaan obat terhadap pasien dan memberikan informasi penggunaan obat yang benar. Nah, seorang apoteker/pharmacist inilah yang berperan sebagai expert dalam hal obat dan terapi obat yang menggunakan ilmunya untuk mengoptimalkan penggunaan obat dan untuk kesembuhan pasien. Intinya, seorang apoteker itu tujuannya adalah gimana caranya pasien itu bisa sembuh melalui terapi obat yang minimal dengan hasil yang maksimal. Kurang lebih seperti prinsip ekonomi gitu deh.

Sejarahnya farmasi itu katanya dari tabib. Jadi tabib (yang kayak tabib di film-film atau serial yang ceritanya di kerajaan gitu) zaman dulu, menggunakan gabungan ilmu dari dokter dan apoteker modern atau yang sekarang ini kita lihat dan rasakan (semacem udara gitu :D). Ada versi lain yang bilang kalau itu ceritanya dari abad pertengahan. Nah, seiring dengan perkembangan zaman dan juga kebutuhan akan kesehatan yang semakin luas, akhirnya profesi tabib ini dipecah jadi dokter dan apoteker yang sekarang ini kita kenal. Makanya itu kedua profesi ini harusnya akur ya, jangan lempar-lemparan tanggung jawab, oke! *wink*.

Yang mana dokter sama apotekernya, hayo? (Image Source)

Dokter dan apoteker berkolaborasi dalam terapi untuk kesembuhan pasien, sisanya Tuhan yang menentukan. Nah, apoteker yang saya maksud di sini adalah apoteker yang bertanggung jawab di bidang klinis (karena nanti mau saya jelaskan macem-macem apoteker). Jadi, apoteker yang di klinis itu berperan banyak dalam medikasi pasien (di rumah sakit/puskesmas umumnya) dan yang bertanggung jawab menentukan regulasi pengobatan buat pasien. Setiap pasien kebutuhannya berbeda dan pengobatannya pun nggak sama. Walaupun kasusnya sama-sama kecelakaan dan sama-sama butuh operasi, antibiotik yang digunakan bisa berbeda. Seperti itulah apoteker klinis. (Mungkin kalau ada teman-teman apoteker lain yang mau menambahkan, ketik aja di kolom komentar ya. Hadiah cantik menunggu... hehehe)

Farmasi sebenarnya nggak melulu belajar obat. Di awal-awal semester, saya diajarkan tentang ilmu dasar sains seperti fisika, kimia, biologi, matematika. Saya mumet karena ilmu dasarnya saja susah waktu itu. Mendekati semester pertengahan, saya lebih banyak bermain praktikum di laboratorium. Saat itu, ilmu yang diberikan lebih banyak tentang sains yang digabung dengan ilmu farmasi seperti sintesis bahan aktif obat. Saya juga belajar ilmu botani, karena bahan aktif obat banyak disintesis dari tumbuhan. Iya, saya akhirnya merasakan juga belajar mengiris batang tumbuhan setipis mungkin supaya kelihatan di mikroskop. Mendekati akhir semester, ilmu yang diberikan lebih banyak tentang penerapan di lapangan, seperti teknologi farmasi yang menjelaskan tentang teknik pembuatan obat (solid, likuid, semisolid) yang benar. Ilmu yang terakhir ini yang akhirnya mengantar saya menuju kelulusan dan akhirnya dipakai di aktivitas saya bekerja sehari-hari ini. Alhamdulillah. Ilmu pengetahuan yang sudah saya dipelajari akhirnya membawa berkah.

Buat saya pribadi, kuliah farmasi membawa banyak manfaat. Selain bisa belajar berbagai macam ilmu, bidang pekerjaan yang bisa diraih pun juga sangat luas. Menjelang kelulusan, banyak dosen bertanya:
Setelah kalian lulus, kalian mau jadi apa?
Jawaban saat itu bermacam-macam. Tapi sebagian besar mahasiswa saat itu terbagi menjadi 2 kubu besar: farmasi klinis dan farmasi industri. Farmasi klinis yang saya tau dan sudah dibahas sebelumnya memiliki peran yang kurang lebih seperti penjelasan di awal-awal tadi (yup, scroll ke atas). Nah kalau farmasi industri ini bisa lebih luas lagi. Tanggung jawab inti untuk yang di industri ini ada 3: kepala bagian produksi, quality control (QC) dan quality assurance (QA). Nah loh, ada QA ada QC, bedanya apa? Kasarannya gini: QC melakukan sampling bahan, melakukan pemeriksaan, ngecek kondisi produknya cacat apa nggak, nanti QA yang menentukan produknya itu diluluskan apa nggak. Produk disini yang dimaksud adalah obat yang udah dikemas di karton-karton itu, yang udah siap dikirim ke seluruh penjuru negeri, hehehe. Selain 3 posisi inti itu ada banyak sekali jenjang karir apoteker di industri. Kalau penasaran apa saja, coba aja buka JobStreet dengan filter "pharmacy" dan "manufacturing", bakal muncul nama-nama posisi yang aneh-aneh beda, tapi intinya ya sama aja. 

Singkatnya, kalau apoteker klinis itu patient oriented, kalau apoteker industri itu bussiness oriented, yah walaupun nggak selalu begitu, karena industri-industri farmasi besar di Indonesia sudah patient oriented dengan menerapkan pharmacovigilance. Apa itu? Baca disini aja ya, panjang soalnya penjelasannya, hehehe. Selain "2 kubu besar" tadi, ada juga yang berkeinginan untuk buka apotek. Apoteker di apotek tanggung jawabnya bisa jadi gabungan antara klinis dan industri, kok bisa? Iya, apoteker di apotek atau sebut saja APA (Apoteker Penanggung Jawab Apotek) tugasnya selain memberikan pelayanan kesehatan/health care kepada pasien, juga bertanggung jawab terhadap pengadaan, "pelulusan" dan manajemen apotek supaya apoteknya nggak gulung tikar.

Jadi APA itu menurut saya susah. Untuk "pelulusan" obat ke pasien supaya obat bisa diterima oleh pasien, pernah saya alami terkadang dilematis. Contoh, ada pasien/konsumen yang mau beli antibiotik. Berhubung saya waktu itu lagi PKL dan harus menerapkan pharmaceutical care dan segala macem, saya tanya, "Buat apa kok beli antibiotik?". Dijawabnya begini: "Saya dari kemarin batuk nggak sembuh-sembuh, biasanya minum itu langsung sembuh". Dari jawaban konsumen ini, saya bisa simpulkan kalau bapak/ibu ini sebenarnya tidak butuh antibiotik. Ngapain kok pakai antibiotik? Secara teori kalau batuk ya minumnya obat batuk, diminum teratur, makannya dijaga yang bener, terus istirahat yang cukup. Simpelnya, antibiotik ditujukan secara umum untuk membunuh kuman "merugikan" yang ada di tubuh supaya nggak beranak pinak dan mengganggu fungsi tubuh yang bisa membuat kita sakit. Dari kasus tadi, nggak ada bakteri/kuman yang harus ditumpas untuk menghentikan batuk, Tapi karena bapak/ibu ini sudah tersugesti kalau batuk minumnya antibiotik batuk sembuh, ya mau gimana lagi.
Menjelaskan sesuatu yang benar terhadap hal yang sudah salah kaprah secara luas lebih susah daripada menjelaskan sesuatu yang sama sekali baru
Waktu saya sudah nyerah, saya akhirnya minta bantuan pembimbing saya waktu itu (seorang APA) yang sudah terlatih bertahun-tahun dalam hal semacem ini. Akhirnya pasien itu pulang dengan obat batuk yang direkomendasikan oleh pembimbing saya dengan wejangan-wejangan khasnya yang, menurut saya bakat alami dari lahir. "Ah, sudahlah, saya berkarir di industri saja", pikir saya waktu itu.
Dunianya apoteker itu luas, nggak melulu "jaga apotek"
Selain contoh-contoh tadi, ada apoteker yang bertanggung jawab di bagian distribusi. Dalam bahasa farmasinya Pedagang Besar Farmasi (PBF), atau bahasa lainnya "distributor". Make sense sebenarnya kalau ada apoteker di industri yang bikin obat, lalu ada apoteker yang di pelayanan (rumah sakit, apotek, puskesmas, klinik, dll.), harusnya ada apoteker yang bertanggung jawab sebagai "penghubung". Tanggung jawabnya si apoteker disini secara umum adalah melakukan pengadaan, menjaga ketersediaan dan melakukan distribusi produk obat. Kenapa harus ada apoteker? Kembali lagi, yang mengerti tentang obat adalah apoteker, dan yang paham bagaimana memperlakukan Asetosal dan Vitamin C yang gampang terurai dan teroksidasi itu ya apoteker. Bukan bermaksud bagaimana-bagaimana, tapi hal itu memang sudah diatur di undang-undang yaitu PP No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian yang inti pekerjaannya ada 4 itu.

Sudah baca-baca PP 51, ternyata di bagian pengadaan sediaan farmasi juga ada. Jadi, tidak menutup kemungkinan untuk industri bahan baku obat juga pasti ada apotekernya yang menempati posisi inti (Produksi, QA dam QC). Kalau pengembangan produk? Ada juga, contohnya istri saya ini yang lagi berkutat dengan pengembangan produknya. Pendaftaran produk obat oleh industri ke BPOM juga biasanya diketuai oleh apoteker, istilahnya bagian registrasi/regulatory. Selain itu ada juga seorang teman saya ada yang bekerja di pemerintahan seperti Kementrian Kesehatan, ada juga yang di Balai Besar POM (kalau yang di Badan POM -pusat- sepertinya ada juga). Selain yang berhubungan dengan obat? Ada dua orang teman saya yang bahkan sekarang sudah berkecimpung di dunia bisnis per-kayu-an. Good Luck, bro! Selain itu, ada juga yang berkarir menjadi dosen, researcher atau peneliti, dan masih buaaaanyaak yang lainnya.

Dunianya Farmasi Sekali (Image Source)

Itulah dunia saya, dunia farmasi yang luas dan pekerjaan sehari-hari saya yang dipenuhi dengan bau obat golongan antibiotik betalaktam. Bila ada teman/saudara/tetangga yang masih bertanya, "Oh, apoteker yang jaga apotek itu?", kasih aja postingan ini, hehehe... Semoga Bermanfaat.

Sumber & Link Terkait:

http://www.dailyrounds.org/blog/only-6-of-doctors-knew-the-real-symbol-of-medicine-staff-of-asclepius/

https://www.britannica.com/topic/pharmacy

http://www.bls.gov/ooh/healthcare/pharmacists.htm

http://www.who.int/medicines/areas/quality_safety/safety_efficacy/pharmvigi/en/

http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2009/51tahun2009pp.htm

https://farahgeena.blogspot.co.id/2016/09/feelingfriday-apoteker.html

http://ilovepharmacy.tumblr.com/page/4

No comments:

Post a Comment